Monday 5 August 2019

Secuil Kisah di Gramedia


Seorang gadis bermata sayu dan beralis tebal sedang melewati deretan buku. Matanya sibuk mencari buku pengarang idolanya. Tapi ia belum menemukan karya terbarunya. Setelah menanyakannya pada staf katanya bukunya baru akan datang sekitar seminggu lagi. 

Bukannya langsung pergi. Arum malah mencari buku anak anak yang plastiknya sudah dibuka. Tanpa rasa malu dengan umur ia mencari kursi lalu membaca buku itu. Baginya Gramedia adalah tempat yang special. Banyak buku bagus apalagi yang plastiknya sudah terbuka. Tentu tak perlu merogoh kocek untuk membacanya. Kecuali jika buku itu benar benar tebal dan tidak dapat dibaca dalam 1-3 jam.


Setelah selesai membaca buku dongeng, Arum beranjak dari duduknya. Melewati lorong demi lorong buku. Matanya melihat nanar ke arah tumpukan buku buku diskon. Haruskah ia membelinya?? Hatinya mengusik. Teringat keponakan yang suka membaca buku buku dongeng dan ingatannya tentang rencana menghemat. Tapi.. tunggu! Hemat bukan berarti pelitkan? Arum mulai memilah milah buku dongeng yang menarik. Tentu saja yang  menarik menurutnya sendiri.

Sementara itu di ujung lorong nampak seorang lelaki jangkung memperhatikan gerak gerik Arum yang sedang memilah buku. Akhirnya dia menggambil sebuah buku dongeng bergambar aneka hewan.  Lelaki itu kemudian berjalan menghampiri Arum.
“Kamu Arum yang kuliah di UM (Universitas Negeri Malang) ya?” Sapa lelaki itu tiba tiba.
“Iya, kenapa?” Jawab Arum heran.
“Jurusan Teknologi Industri ya?”
“Iya. Kok tau?” Arum mentatap dalam dalam lelaki di depannya. Siapa sih dia ini?? Pikirnya. “Oh! Kamu Yudistira?” balasnya beberapa saat kemudian.
“Iya. Baru ingat? Jahat.” Jawabnya dengan raut wajah yang maunya terkesan marah dan kecewa. Tetapi sialnya malah terlihat seperti... Aah.. Tidak tega mengatakan sejujurnya. Karena benar benar mirip seperti orang yang lagi nahan kentut seminggu! Oops. Udah, gak usah dibayangin.

“Ooh.. Maaf ya. Pangling Asli. Abis kamu kan dulu pake kacamata.” Arum memberi alasan. Bukan Arum namanya jika tidak dapat mencari alasan. Bahkan ia juga bisa mengada ada yang tidak ada. Apalagi hanya menganggap yang ada seakan akan tidak ada. Mengerikan bukan??

“Iya. Gak papa. BTW setelah lulus apa kegiatanmu?” tanya Yudistira dengan ekspresi penasaran yang tak tertahan.
“Kerja di SMK dan ada usaha kecil-kecilan dirumah. Kamu?” Tanya Arum balik agar terkesan sopan.
“Wah! Keren. Tapi.. Tunggu? Kamu jadi guru? Kamu kan pendiam? Hahaha." Tawanya seakan tak percaya dengan kenyataan yang ada. "Aku jadi buruh di perusahaan orang!” Jawab Yudistira tanpa menyombongkan diri. Padahal dalam hati juga ada sedikit ingin diakui. 

“Iya, begitulah. Yee bilang aja Assistant Manager! Si Mona ghibahin kamu waktu reuni. Kok kamu gak datang. Kenapa?” Hmm. Meskipun Yudistira gantengnya gak seberapa tapi dia tidak sombong. Udah ada calon belum ya? Atau malah udah nikah?

“Nikah."

Arum reflek mengernyitkan dahi. Wajahnya tampak seperti sedang berfikir dan bertanya. Tapi untung saja Yudistira tidak melihatnya saat itu.

"Eh, ke nikahan sepupu maksudnya. Kita lanjut ngobrol di KFC aja yuk!” Ajak Yudistira. "Laper nih."
“Oke, kamu duluan ya. Nanti aku nyusul kesana.” 
“Okelah!” Angguknya setuju.

Arum tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Mengapa ia dengan mudah menerima ajakan itu. Bukannya dia adalah perempuan dengan sejuta alasan?? 

Saat itu suasana tidak terlalu ramai. Mungkin karena jam makan malam telah usai. Yudistira memilih tempat yang dekat dengan orang yang berlalu lanang. Agar dapat memperhatikan orang di sekelilingnya dengan seksma.
“Kok udah pesen banyak banget. Terus nanti makananku ditaruh mana Yud!” Kata Arum mengagetkan lamunan Yudistira.
“Gak usah. Ini buat kita.” Jawab Yudistira tulus. Tapi terkesan bulus.
“Iya, aku tau. Tadi cuman bosa basi.” Celetuk Arum.Eh, ternyata basi ya? Udah ketebak.
“Kamu ini Rum, berubah ya.” Pertanyaan Yudistira menggantung seperti jemuran. Namun Arum tak peduli. Ia hanya menjawab sekenanya. Sesukannya.
“Iya dong namanya hidup itu harus berubah dan berkembang. Jangan menyusut.” Tampaknya Arum ingin menghidupkan suasana. Hal yang jarang ia lakukan. Apakah ini dampak status jomlo yang terlalu lama? Entahlah.
“Hahahaa. Gitu ya? Yang penting berkembangnya jangan kesamping terus ya.." Ejeknya. Seakan sudah sangat paham bahwa perempuan tidak akan suka dengan kalimat ini. Kebiasaan usilnya tidak pernah berubah. Dalam rumus yang ia yakini sendiri kalimat yang mengandung sedikit sara akan mencairkan suasana serta mendekatkannya dengan seseorang. Karena ia teramat yakin dan berharap bahwa orang yang sedang diejeknya akan membalas dengan kalimat serupa. 

Benar saja, raut Arum sedikit cemberut. Namun berusaha teteup cantik. Tetapi kemudian ia ceria kembali dan sepertinya Arum sama sekali tidak terpancing untuk membalasnya. 

“Iya dong Yudistira. Gak lihat nih aku langsung langsing? Plis jangan bully nanti kalo ngambek makannya banyak loh! Eh, ini boleh gak sih dimakan?”
“Enggak, Rum. Itu cuman pajangan meja hahahaa.”
“Enak juga nih pajangan meja.” Kata Arum sambil nyomot kentang goreng.
“Iya, dong. Siapa dulu yang beli.” Jawab Yudistira menyombongkan diri.
“Eh, Yud. Ingat gak dulu waktu PKPT (Pengenalan Kehidupan Perguruan Tinggi) disuruh bawa nasi fitri jilbab coklat, snack suka suka, tempe goreng persegi ukuran 4,5 cm. Itu dulu kelompokmu betul semua aja kah? Terus tempenya beneran di ukur?” 

Yudistira bengong mendengar pertanyaan Arum  yang panjang mengular macam antrean minimarket.  Namun Arum dengan mimik muka penasaran tetap sabar menanti jawaban dari lelaki yang ada di depannya, Yudistira.

“Kamu ingat itu semua? Gila kamu Rum! Aku udah lupa hahahaa.” Tawanya sambil mengaduk Ice Latte Brulee dengan sedotan. Karana jika sambil kayang pasti akan sangat melelahkan dan akan membuat orang orang di sekelilingnya keheranan.

“Iya juga ya. Kenapa juga bisa seingat itu. Ehehee.”
“Kamu ikut Bakti social gak waktu itu?”
“Enggak. Soalnya waktu itu aku sakit.”
“Sakit panu?”
“Enggak. Sakit hati.” Jawab Arum ngasal. Kemudian menyedot Mocha Float untuk mengusir dahaganya.  Tadinya mau ngusir kenangan tapi dianya nanti malah gentayangan. HMM INI APAAN YAA?? 

“Bisa.. aja Rum. UM sekarang sudah semakin bagus. Kamu gak minat kuliah lagi gitu?”
“Minat sih, tapi kalopun nanti aku kuliah maunya gak di UM lagi. Nyari suasana baru. Kenapa nanya gitu? Kamu mau kuliah lagi di UM Yud? Ngajakin aku biar ada temennya gitu?” Arum memang gitu, meskipun introvert tapi kadang jiwa narsismenya meledak ngalahin bom Atom Hiroshima.

“Iya. Udah terlanjur betah di Malang.” Jawab Yudistira mulai terbiasa dengan sikap Arum yang anehnya tak menentu itu. 

“Katanya betah di Malang. Terus ngapain pula ke Samarinda?” 
“Iseng iseng aja sih?” Katanya sambil menyedot Ice Latte Brulee. 
“Hah! Iseng? Isengmu boros ya Yud? Ckckckk.”
“Ya enggaklah Rum. Ada tugas sementara disini.” Jawabnya sambil mengunyah Colonel Yakiniku. Kemudian pikirannya melayang entah kemana. Namun terlihat jelas bahwa Yudistira sedang melempar pandangannya ke gadis berambut pirang di depan kasir. 
“Kenapa Yud? Cantik ya?” Tanya Arum sambil memicingkan matanya.
“Iya, kamu juga Rum.” Jawabnya setengah berbisik namun tetap terdengar.
“Iya, aku udah tau Yud. Kan ngaca tiap hari ehehee. Tapi Sorry nih. Aku gak mau puji balik.” Arum memang begitu. Terkadang sikapnya congak sekali. Membuat lawan bicaranya berhasrat melemparkan pisau. Tetapi karena tidak ada persiapan membawanya. Jadi hanya bisa pasrah dengan melempar senyum. 

“Menyesal aku Rum.” Kata Yudistira tersenyum.
“Oh! Gitu ya kamu. Kalo gitu aku mau pulang sekarang.” 
“Eh, kamu ngambek?”
“Gak, Yud. Makanannya udah habis." Jawab arum sambil nyengir."Etapi emang ini harus pulang. Sudah malam. Tuh udah pada mau tutup. Oh ya, terimakasih ya Yudistira untuk teraktirannya hari ini.” Kata Arum diiringi dengan senyuman paling tulus. Seakan akan tidak pernah menerima kebaikan dari seorangpun seumur hidupnya.

“Sama sama Arum.” Jawab Yudistira dengan membalas senyum sehangat ketiak pada malam hari. 

Kalo dipikir aneh ya, seangkatan, sekampus dan sejurusan tapi kenalnya malah karena sebuah permainan kartu. Jadi kala itu Arum kalah main kartu. Sebagai hukumannya harus meminta nomor seorang lelaki yang duduk dibelakangnya. Karena takut tidak dikasih nomornya, kemudian Arum minta nomor palsu aja. Ternyata Yudistira memberikan nomor asli!

Tetapi Arum tentu saja tidak langsung menghubungi nomor itu. Beberapa bulan hingga tahun telah berganti. Saat itu ketika sepulang dari kuliah Arum iseng membongkar bongkar buku dan menemukan nomor kontak dari  catatan tangan Yudistira. Saat nomor itu disimpan ternyata ada WhatsApp-nya dan ketika dihubungi ternyata masih aktif!

Ketika lulus, Arum dan Yudistira pulang ke kampung masing masing. Arum di sebuah desa yang terletak di Kalimantan Timur dan Yudistira di Blitar, Jawa Timur. Mereka tidak pernah saling menyapa lagi. Tenggelam dan sibuk dengan dunianya masing masing.

Semenjak pertemuan yang tak disengaja itu, Arum dan Yudistira kembali akrab. Saling sapa melalui WhatsApp sampai menghabiskan waktu akhir pekan bersama. 

***

Ini hari Senin. Waktu tersibuk di dunia. Begitu juga dengan Arum. Wajahnya terlihat sangat penat. Namun ia lebih memilih untuk langsung pulang ke kos dan berniat untuk langsung tidur. Daripada harus menghibur diri ke sebuah tempat yang ia sendiri tak tau harus kemana lagi.

Setelah sholat ashar Arum langsung menjalankan rencananya, tidur. Tapi tidur sorekan gak boleh? Pikirnya. Baiklah. Main hp dulu nanti nyuci baju.  Tak disangka Arum tertidur lebih cepat dengan pulas.

Ketika Arum terbangun dari tidurnya. Dia sangat panik ketika melihat jam dinding telah menunjukkan  pukul 5.50. "WHAT!!" Pekik Arum dalam hati. Telat sholat subuh dan pergi kerja nih! Pikirnya. Setelah mengamati pemandangan dari dalam kamarnya baru tersadar ini sore. Bukan pagi! Hmm itulah salah satu alasan mengapa ada larangan tidur sore.

Kemudian Arum membuka handphone. Ada notifikasi di WhatsApp. Setelah dibuka ternyata Yudistira mengirimkan pesan suara.



Senyum Arum mulai mengembang. Pikirannya terusik setiap kata yang terdapat pada lirik lagu itu. Iya, aku rumit. Agar kamu tidak ada waktu untuk memikirkan "orang lain".  Sepertinya ia mulai jatuh cinta.

Tidak. Masa iya dia suka aku?? Tidak mungkin. Pikirannya berkecamuk. Arum hanya takut ke geeran aja. Gimana kalo emang Yudistira itu baik sama semua orang? Jangan mudah paham, kamu salah. 

Arum berusaha menepis pemikiran itu dan tidak pernah lagi membalas WhatsApp. Ia menghilang begitu saja dari Yudistira. Arum tidak ingin menghancurkan pertemanan hanya karena sebuah perasaan yang mungkin saja tidak diharapkan oleh keduannya. 

Hingga suatu hari Yudistira mengirim permohonan maaf karena ia telah memutuskan untuk menikah duluan karena perjodohan. Tentu saja membuatnya amat sedih. Tak terasa air mata Arum berkaca kaca. Menggenang di pelupuk mata. Kemudian mengalir deras di pipi. Dadanya terasa sesak. Hatinya sakit tak terperi.

Arum berlari menuju loteng. Ia berusaha menulis pada secarik kertas untuk melepas gundahnya. Hadirnya purnama seakan menjadi pelipur lara di hatinya.

Arum sadar. Tidak ada gunanya lagi menyesal tanpa adanya perubahan. Jangan menghilang, hanya untuk dicari. Jangan berlari hanya karena ingin dikejar. Hidup tak selalu seperti yang diinginkan. Hidup bukan seperti dongeng yang alurnya bisa diatur. 


Di dunia ini kamu tidak hidup sendiri. Jika kamu pergi, mungkin saja ada orang lain yang dengan siap menggantikan posisimu. Harusnya kamu sadar. Kamu siapa?? 

Terimakasih sudah singgah. Menjadikanku bagian dari secuil kisah di Gramedia. Memberikan cerita dan warna baru dalam hidup. 

Kini undangan nikah digital milik Yudistira tidak berarti apa apa bagi Arum. Semua cerita ini baginya telah usai. Bersama dengan kembalinya Yudistira ke Blitar dan melangsungkan pernikahan disana.

7 comments:

  1. Rasanya udah lama banget enggak baca buku di Gramedia lagi sampai tamat. Dulu awal-awal baru lulus SMK sering main ke sana dari siang-sore buat baca gratis. Haha. Gokil juga namatin buku-buku yang sampulnya udah kebuka kayak gitu.

    Hmm, jadi orang yang sempat singgah ini akhirnya pergi sama yang lain.

    Dari semua mantan, baru satu yang nikah. Itu juga saya enggak diundang. Pas dapat kabarnya pun biasa aja. Tapi temen-temen malah heboh ngeledekin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, sekarang ada beban malu dan waktu. hahahaa

      Hmm. Menyedihkan yawAllah.. ;D

      Kalo diundang takut merusak acara mungkin :D.
      Temen mah emang gitu. Gak berasa temen kalo gak ngeledek. meskipun ngeselin. Ehehehe

      Delete
  2. Emm... Nyesek juga sih ending nya.
    Tapi ya tetap harus bangkit,karena akan selalu ada yang datang dan pergi.

    ReplyDelete
  3. Halo Arum, saya kalau ke Gramedia cuma pas nyari buku buat anak saja.

    ReplyDelete
  4. Papa4d2 Adalah Bandar Judi Online Terpercaya di Indonesia dengan Tingkat Kemenangan yang Tinggi dan games terlengkap .
    menyediakan permainan tebak angka untuk pasaran yang paling diminati di indonesia .

    ReplyDelete

Terimakasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar dengan kata-kata yang baik ^_^