Halo temen temen...!! Duh. Kangen banget rasanya nulis di blog. Tapi apa daya kesibukan sangat menyita waktu. Halah sok sibuk juga sih.
Sebenernya waktu nulis ini juga bingung mau nulis apaan? Tapi kalo gak nulis rasanya ada sebagian hidupku yang hilang. Rasanya resah berkepanjangan. Seperti ada yang kurang. Seperti ada yang hilang. Lebay ya? Kayak ABG baru jatuh cinta.
Oh iya. Kemarin ada bantu bantu tetangga yang nikahan. Terus ngobrol ngobrol sama ibu ibu muda suku bugis. Si ibu bilang dulu nikah umur 14 tahun. Jujurannya rumah, uang dan perhiasan. Kayaknya sih suaminya dimodalin orang tuanya. Soalnya suaminya kala itu masih umur 20 tahun. Tapi gak tau juga kalo emang udah punya penghasilan sendiri. Kan orang jaman dulu tidak terlalu mementingkan pendidikan formal.
Abis nikah besoknya ujian kelulusan SMP. Itu kisah perempuan jaman dulu. Kalo sekarang banyaknya hamil dulu baru nikah. Eeh..! Sangkanya kreditan apa ya? Dicicil. Dicicil karena pecicilan. Kalimat yang serasi. Eh, Astaghfirullah..
Udah jujurannya banyak banget gitu ternyata beliau dalam waktu dekat ini mau cerai. Beliau punya dua anak, lelaki dan perempuan. Anak pertama perempuan sekarang SMA dan adeknya laki entah kelas berapa.
Aku gak berani tanya sih penyebab cerai apaan? Yang jelas si ibu bilang Sedang dicintai oleh seorang duda beranak satu. Beliau merupakan bupati suatu daerah yang dikenal dengan ketaatan agamanya.
Si Ibu ini meminta uang jujuran sebesar 75.000.000,-. Hmm jadi penasaran dulu waktu masih gadis ortunya minta berapa duit ya? dilihat lihat wajahnya wajar aja sih.. Meskipun berusia sekitar 30-an tahun, wajahnya memancarkan kecantikan yang tak biasa. Sekarang aja masih cantik apalagi dulu. Dulu bingung gak ya pihak lakinya dimintain uang panai' dan seperangkat lainnya sama orang tua si perempuan? Di kasih kok banyak betul tapi kalo gak mau terancam batal nikah. Bener bener bener uang panai' membuat panik!
Cantik itu bikin pede ya? Karena kecantikannya meskipun sudah janda si ibu meminta uang panai' dengan jumlah yang banyak. Apalah aku yang masih gadis dan berpendidikan S1-pun tidak bernyali mematok atau memasang kreteria yang terlalu tinggi. Apalagi memasang tarif uang panai' atau uang jujuran. Buatku yang penting beragama baik dan memiliki penghasilan yang cukup saja sudah bersyukur. Tapi kalo lebih baik ya Alhamdulilah.. banget malah!
Ya beda lah. Si ibu ini banyak yang melamar makannya berani pasang tarif uang panai' tinggi. Lah aku? Katanya aja suka. Tapi belum ada yang berani ngelamar!
Kalo bekerja semakin berpengalaman gajinya semakin mahal. Apa itu juga berlaku dengan janda? Yang sudah berpengalaman dari segala hal! Yah apalah aku yang belum berpengalaman ini.
Terus si ibunya tanya, "kamu suku apa?" Jawa. Kemudian si ibu cerita lagi. Orang suku Jawa itu gak minta macem macem. Ada perempuan suku Jawa dilamar orang Bugis. Sebenernya pihak perempuan cuman minta 20 juta aja. Tapi karena si perempuan itu kerja jadi dikasih 100 juta syaratnya harus melepas pekerjaannya. Beruntunglah perempuan itu, imbuhnya. Bagiku sendiri uang segitu kecil. Lebih besar pengeluaran sehari hari buat seumur hidupnya perempuan di nafkahin orang tuanya. Ya iyalah, kan kasih sayang orang tua itu sepanjang masa.
Uang panai' bisa diartikan uang untuk keseriusan. Semakin banyak uang panai berarti semakin serius. Begitulah kata si ibu. Kalo dipikir ya.. ada benernya juga. Meskipun tidak semua bisa diukur dengan uang. Tetapi uang adalah salah satu yang bisa diupayakan untuk menandakan sebuah keseriusan. Uang panai' seharusnya jangan sampai memberatkan. Tetapi kalo yang bersangkutan tidak keberatan ya tidak masalah.
Jadi inget kata temenku waktu masih SMA. Dia bilang, nanti kalo nikah gak mau minta uang jujuran. Karena cintanya tak ternilai dengan uang. Mau ketawa rasanya. Apa iya dia bayar penghulu pake cinta? Yang menurutnya tak ternilai itu. Jangan sampai cinta yang besarnya tak ternilai itu kandas karena tidak "dinilai".
Kalo di tempatku, uang panai' atau jujuran bisa disebut juga mahar biasanya digunakan untuk pesta resepsi. Jadi sangat tidak dibenarkan jika ada yang menganggap itu sebagai uang "untuk membeli perempuan". Banyaknya uang panai' juga dianggap menandakan kemampuan untuk menafkahi.
Resepsi tidak harus yang mewah. Yang penting setelah nikah punya rumah. Bukannya di sana sini banyak hutang hanya karena gengsi karena resepsi yang cuman sehari. Jangan memaksakan gaya diatas kemampuan. Karena Tuhan hanya memberi sesuai kebutuhan.
Jangan banyak menuntut. Jika tidak ingin dituntut. Biasanya orang memberi terkadang meminta balasan. Bahkan tidak jarang mengungkit kebaikan yang telah di lakukan. Yah, contohnya seperti tadi, di kasih uang panai' 100 juta tapi syaratnya melepaskan pekerjaan. Sedangkan tidak semua perempuan bisa di rumah saja. Ngerjain pekerjaan rumah tangga bisa jadi kegiatan yang menyebalkan dan belum lagi berfikir ingin memberi uang untuk orang tua. Minta uang suami? Kadang ada rasa gimana... gitu. Dan sederet alasan lainnya.
Oh ya, apa pendapatmu tentang uang panai'? Dan biasanya di daerahmu uang panai'nya berapa? Pengen survei. Ehehe..
Pada saat menikah dulu si ibu ini belum bisa masak dan masih punya dua orang kakak yang belum menikah. Jadilah si lelaki yang akan menikahi si ibu harus membayar uang atau hadiah untuk ke dua kakak si mempelai perempuan.
Si Ibu juga menceritakan hal lainnya tentang adat menikah orang Bugis yang membuat ku berfikir (Oh Wow!). Adat kok gitu amat. Prihal mengundang saja harus pake pakaian adat. Kalo gak? Gak ada yang mau datang. Sedih..
Apalah aku? Yang diundang lewat SMS maupun media sosial aja pasti datang. Bagiku, bukan karena masalah cara mengundang atau bentuk undangannya. Tapi lebih masalah bagaimana kondisinya. Karena menghadiri undangan itu wajib hukumnya. Kecuali kalo ada halangan. Halah. Ada aja halangan datang ke kondangan. Kalo gak ada halangan juga kadang di halang halangi ortu. Biasanya karena terlalu jauh. Yah.. Begitulah namanya juga manusia banyak betul alasannya.
Kalo kamu apa alasannya tidak menghadiri undangan?
Emm.. sejujurnya aku menyebutnya dengan sebutan "si ibu" itu bukan hanya karena nama yang disamarkan. Tetapi juga karena emang gak tau namanya.. ehehe
Sekian dulu ceritaku. Lain kali ku sambung lagi. Makasih sudah meluangkan waktu untuk mampir kesini.. ehehe
hoo, uan mahar itu ya mbak. heheheh.
ReplyDeletekirain ud nggak aktif lagi ni blog
Iya, sama aja itu maksudnya.
DeleteAktif dong.. huhuu...
Jadi makin sadar buat nyari uang lebih banyak lagi. Mumpung masih muda. :))
ReplyDeleteSama. Aku lebih kenalnya dengan sebutan mahar. Kalau panai entah kenapa rasanya mahal banget. :')
Iya. Biaya nikah makin mahal..
DeleteIya. Panai' identik dengan suku bugis. Mahaall...!!
dicicil cicil karena pecicilan, nice quotes Rum... xD
ReplyDeleteKalo suku bugis emang gede sih uang mahar/panai'nya. awalnya uang panai' itu hanya sebuah hadiah karena rasa syukur pada pihak perempuan. tapi lama2 malah membudaya dan jadi syarat wajib. abangku nikah ama perempuan bugis, kalo gasalah panai'nya 80 juta. amboooiii..
kalo di kalimantan barat, sama kayak jawa sih, nggak begitu memberatkan tapi juga nggak boleh terlalu kecil sih. ya paling nggak lebih sedikit dari biaya asap dan sewa peralatan wedding yg nggak mewah.
aneh emang ya.. uang untuk menjadikan halal dan ibadah malah besar banget, tapi biaya cerai yg jadi kebencian aAllah malah murah banget.
Makanya kamu jangan pecicilan ya Haw! π
DeleteEmang mahal mahar suku bugis. Temenku aja ortunya minta 100 juta.
Ya itulah harusnya gelar resepsi sesuai kemampuannya aja biar gak merepotkan di akhir. Atau gak usah pake resepsi biar hemat π
Itu biar nikah cuman sekali. Gak usah cerai. Apalagi poligami. Biaya nikah mahal!! ππ
buset dah kalo keseriusan diukur dari uang panai, terus gimana sama orang yang lebuh serius tapi gak punya biaya sedikitpun ?
ReplyDeletesetuju banget sama "jangan memaksakan gaya diatas kemampuan"
kalo aku sih, gak bisa hadir diundangan nikahan temen karna aku lagi mondok di pontren
Mungkin harus mencari orang yang tidak menggunakan uang panai sebagai tanda sebuah keseriusan. π
DeleteIya. Repot urusannya. π
Oh gitu, semoga ilmunya berkah ya π
HAH
ReplyDeleteKAMU MAKJLEB< BANYAK SUKA TAPI BELOM ADA YANG NGELAMAR???
SAMAAADAAAA
yaawwoohh gitu amat
padahal kayaknya bakal minta mahar bukan tiket travel keliling dunia ato buku satu perpus. ga sebegitu mahalnya. tapi masih juga belom ada yang ngelamar
Nah iya nih. Ya.. namanya orang belum siap nikah ada aja alasannya ππ
DeleteSempat nerka uang panai itu apa. Ternyata sama halnya dengan mahar hehe..
ReplyDeleteKalau aku sih tidak menghadiri undangan biasanya kalau lagi ada kegiatan yang benar benar harus didahului, tapi sebisa mungkin turut menghadiri.
Iya. Menghadiri undangan itu wajib. Tapi kalo ada yang lebih penting apa boleh buat. π
Deleteuang panai kukira apa.
ReplyDeletedia hot gitu ya orangnya? kok enggak ada fotonya, Rum.
ehmmmmn maaf, rum, agamaku belum baik dan aku belum berpenghasilan yang cukup T-T haha
Gak kepikiran buat postingan sih kemarin.
DeleteIya Muhae. Aku maaf in ππ
Uang 75 juta dapet berapa buku, ya? Ya, Allah. Wqwq gue salah fokus. :(
ReplyDeleteKalau mahar gitu, idealnya di Jakarta si cowok ngasih 30-50 juta, sih. Itu udah termasuk resepsi. Tapi nggak tahu kalau kaum menengah ke atas. Mungkin bisa ratusan juta. Apalagi sekelas selebriti, kan? :D
Gue juga sepakat, yang penting bukan hari akad nikah dan resepsinya. Tapi gimana kehidupan setelah menikah. Nggak usahlah gede-gedein gengsi. Cuma bikin susah. :)
Nggak hadir pas diundang nikahan gitu biasanya karena emang betul berhalangan. Bukan disengaja. Entah kerjaan, kejauhan (lebih mahal ongkosnya daripada isi amplop), atau lagi kurang fit badannya.
Buat DP rumah! π
DeleteIya. 30-50jt Sama aja kayak disini. Kalo seleb ya gak usah ditanya. Ratusan juta Itu belum termasuk rumah dan perhiasan! π
Iya. Aku juga gak habis pikir sama orang yang rela berhutang dan jual tanah demi resepsi.
Aku juga begitu. Mungkin rata rata orang juga sama ya.. π
Kalau di Padang khususnya kabupaten padang pariaman, itu ada adat beli-membeli, yang mana pihak perempuan harus membayar sejumlah uang kepada keluarga mempelai laki-laki sbg bayaran karena akan membawanya ke keluarga istri (well, di suku minang / padang, laki-laki lumrahnya akan tinggal di kediaman istri)
ReplyDeletedan abru denger istilah uang panai ini
kayaknya sih mirip ya hihi
Tetap semangat ngeblog walaupun sibuk ya mbak
apalagi yang maharnya gede banget itu, katanya beli gitu ... udah beli dapet tunjangan jugaaa, cari yang 1 ras wae la
ReplyDeleteMain ke sini kok rasanya banyak dialek rasa "samarinda" ya.
ReplyDeleteNgerik memang kalo orang bugis sudah minta jujuran, ededeh, abis kita dibuat pusing.
Makanya enak sama orang jawa, ga banyak nuntut apa2. Tapi kalo dengar cerita dari orang2, kalo nikah sama cewe jawa terus dibawa merantau, pasti dia bakal minta pulang kampung entah setahun sekali atau seminggu dua kali. Itu bener gak, sih?