Thursday 19 September 2019

SI KEJAM yang MERASA TERZALIMI


Aku sang pendendam. Namun tak mau mengakuinya. Aku tak punya waktu. Ataupun sengaja untuk tak menyisihkan waktu untuk mendendam. Bahkan aku sengaja untuk tak memiliki ruang untuk melampiaskan dendam. Aku hanya bisa menyebut namanya dalam goresan tinta. Menjadikannya tokoh yang dibenci semua orang.

Aku selalu memikirkannya jika membutuhkan karya yang penuh dengan rasa emosi. Kutumpahkan semua rasa didalamnya. Hingga karya itu tampak nyata. Setelah membacanya, aku tersenyum puas. Seakan dendam telah terbalas. 

Aku pikir, aku adalah orang yang paling benar dalam situasi ini. Dia orang yang jahat. Hingga pantas mendapat balasan yang kejam. Sekejam prilakunya padaku. Tapi, kenapa dia melakukan itu padaku?? Salah apa?? Ataukah sebenarnya aku yang jahat dan kejam tapi malah justru yang merasa terzalimi??

Apakah aku sebenarnya adalah si kejam yang merasa terzalimi?? Entahlah.  Astaghfirullah. Maaf.. Maafin aku..

6 comments:

  1. mengapa berpikir dia kejam atau saya kejam, mengapa tidak memutusnya saja, aku memaafkan diriku, aku memaafkanmu, dan aku minta maaf. n_n

    ReplyDelete
  2. Mungkin berdamai dengan diri sendiri dulu adalah pilihan yang baik mbak.

    ReplyDelete
  3. Menulis karena dendam belum pernah, sih. Kalau marah, saya cukup sering. Biasanya malah bagus (menurut diri sendiri), soalnya emosinya berasa banget.

    Memaafkan atau berdamai diri sendiri--kayak komentar Rudi--ada benarnya tuh. Setelahnya, bakal jadi lebih gampang buat memaafkan orang lain. Saya biasanya begitu.

    ReplyDelete
  4. Setidaknya kamu masih melampiaskan dendam dengan positif, dengan menulis. Tapi sedikit-sedikit boleh dicoba untuk memaafkan atau deal dengan situasi ini. Untuk kebaikanmu sendiri. Gak perlu buru-buru, yang penting mencoba. Cheers :)

    ReplyDelete
  5. Kadang ada yang namanya play victim, tapi itu tergantung sudut pandang aja.
    Kalau sudut pandang masing2, pasti mikir kitalah yang paling terzolimi. huhu.
    Aku pernah merasa begitu, aku paling terzolimi dia jahat sekali.
    Tapi seiring berjalannya waktu, ketika sudah mulai ikhlas dan memaafkan. Kupikir2 aku jg ada salahnya dulu.

    ReplyDelete

Terimakasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar dengan kata-kata yang baik ^_^