Thursday, 26 March 2020

Depresi



Aku selalu berusaha menjadi orang yang lebih baik. Tolong hargai usaha dan perasaanku.  Jangan terus-menerus menuntut dan memaksa. Aku hanya manusia bisa. Ketika aku lebih memilih diam bukan berarti 'masa bodoh'. Aku diam karena menahan diri. Menyimpan perasaanku sendiri. Karena ketika aku berbicara selalu dianggap 'tidak tau diri'.  


Semua yang kulakukan selalu dianggap salah. Aku selalu dianggap salah. Untuk itu aku menjadi orang yang keras agar tidak dianggap remeh. Tetapi malah dianggap tidak punya norma. Kemudian aku membentengi diri dengan pemikiran 'menjadi orang jahat agar tetap tegar dan teguh'. Karena aku benci ketika terlihat lemah! 

Saat bersama orang lain aku berusaha ceria, suka bercanda. Tanpa mereka tau,  lukaku yang menganga sejak lama. Aku rasa sudah menjadi gila karenanya. Ketika aku menceritakannya, malah menabur lada dan garam. Menggurui dan memperburuk keadaan. Membuatku semakin putus asa  dan merobohkan benteng iman yang selama ini kujaga. 

Aku hanya butuh didengarkan dan hiburan agar lupa dengan masalah. Apa aku salah? Yang terluka bukan cuma kamu, dia,  mereka atau kalian. Aku juga! Hanya saja aku tidak menunjukannya. Tapi bukan berarti aku baik-baik saja. 

Tidak semua 'diamnya' seseorang itu 'menghanyutkan'. Bisa saja karena terluka. Hanya saja setiap orang punya alasan sendiri mengapa mereka pernah menceritakan kisahnya ke orang lain. 

************

Ini adalah kisah seorang teman yang tertekan oleh perlakuan orang tuanya di rumah. Selalu merasa tidak dihargai adalah penyebab utamanya! 

Parahnya dia menyimpan pisau dibawah bantal! Dia pikir ingin bunuh diri saja.  Meski tau dosa orang yang bunuh diri tidak akan diampuni. Baginya itu lebih baik daripada merasa durhaka pada orangtuanya. 

Masih teringat seseorang menelfonku sekitar jam 2 pagi. Tentu saja awalnya aku hanya mengira kepencet saja.  Karena memang sebelumnya tidak pernah menelfon. Setelah  dering ke dua baru tau bukan sekedar iseng kepencet. 

Diseberang sana ada seseorang yang sangat khawatir. Sama sepertiku ketika menerima Whatsapp minta dijemput saat itu juga dengan mengirimkan foto sayatan sayatan di tangannya. 

Pagi pagi buta aku meluncur ke rumahnya. Kudapati ibunya menangis terisak isak melihatku. Menyuruh membujuk anaknya. Secara akal sehat ya bagaimana mungkin aku bisa membujuk anaknya sedang orang tuanya saja tidak bisa?  Entahlah. Aku hanya berfikir untuk menemui dia saja dan mendengar keluh kesahnya. 

Dan kamu tau apa yang dia bicarakan??  Dia mau membatalkan pernikahannya karena dia merasa calonnya terlalu baik buat dia. Buat aku dulu, ketika ada orang yang menolak orang lain karena alasan 'terlalu baik' itu sungguh bulshit. Tapi aku benar-benar mendengarkannya dari orang yang sangat kupercaya. Ternyata sungguh ada. Bukan sekedar mengada ada. 

Kemudian aku meyakinkan dia dan ini juga buat kamu kamu yang merasa punya calon 'terlalu baik buat kamu'

"Harusnya kamu bersyukur dan buat diri kamu semangat untuk hidup lebih baik."

Aku tidak pernah menyangka orang tua yang kukenal sangat baik itu ternyata membuat anaknya sedepresi ini.  Karena depresi sampai berfikir, ketika menikah nanti aku mau dijadikan istri keduanya. Jelas aku ngomel,  tidak terima!  Kalo gak ingat dia lagi sedih pengen ku tampol juga dia! Biar cepat sadar dan inget kata kata itu doa.  Meskipun dia bilang sangat ikhlas. Dia berfikir seperti itu karena takut memiliki anak.  Takut nasib anaknya akan seperti dia. 

Tetapi dia tidak pernah cerita pada siapapun tentang masalahnya ini (kecuali sama aku). Bahkan selalu terlihat ceria ketika bersama teman temannya.  Meski ia selalu menangis terisak ketika bercerita padaku.  Hingga suatu ketika aku menulis sebuah karangan dalam bentuk video. Lalu dia berinisiatif untuk menuliskan ini untukku. Terimakasih yaa..  

Sejak saat itu juga aku gak pernah doain orang yang nikah supaya segera punya momongan kecuali kalo orangnya yang pengen didoain begitu. Karena gak setiap orang yang siap nikah juga langsung siap untuk punya anak.  Bahkan aku lihat juga banyak orang yang sudah punya anak tapi belum punya mental untuk jadi orang tua. Akibatnya apa? Banyak anak yang 'jiwanya sakit'. 

Kini dia sudah menikah dan tinggal dengan suaminya. Aku berdoa "Semoga pernikahan bisa membuatmu lebih bahagia. Aamiin ya Robb!"

Sumber gambar 
Depresi


4 comments:

  1. aamiin, yaa robbalallamin. semoga suaminya menjadi pelindung dan pendamping terbaik agar temanmu tidak merasa depresi lagi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin ya Robb. Terimakasih yaa doanya.. 😊

      Delete
  2. Semoga dia menemukan kebahagiaannya, aamiin...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin ya Robb. Terimakasih atas doanya 😊

      Delete

Terimakasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar dengan kata-kata yang baik ^_^