Sunday 25 November 2018

Selamat Datang di Bontang! (BTG Part 1)

PT BADAK

Hellooowww..........!!
Mana suaranya yang kemarin mau baca pengalamanku ke Bontang....?? Terimakasih sudah sabar menunggu.. ^__^

Pada Sabtu, 13 Oktober 2018 aku perdana ke Bontang. Perjalanan di mulai dari kos tercinta ba'da dzuhur kemudian nyampe di Terminal Lempakek sekitar pukul 2 pm. Kok lama?? Iya, karena aku tinggalnya di Samarinda seberang dan juga mesti mampir mampir di apotek dan swalayan gegara si Uswa (temen yang mau di kunjungi) nitip sabun sereh. Bukan itu juga sih.. Soale belum pernah ke Terminal Lempake jadi beberapa kali cek Google Map biar gak nyasar.

Daaaannn........!! Kamu tau? Terminal Lempake itu Terminal terkecil, tersepi, tergimana gitu pokoknya. Selain itu keadaan busnya memprihatinkan dan tidak layak. Tapi aku tidak punya pilihan lain. Huu.. Sedih akutu.. Menurut kamu yang warga Samarinda gimana??  Mungkin aku cuman kaget aja kaliya. Biasa pergi ke Terminal yang luas sampe tersesat sesat terus ngunjungi Terminal Lempake yang cukup berdiri di tempat terlihat semua keadaannya.

Sekitar pukul 2.30 pm bus yang kutumpangi akhirnya berangkat. Rasanya penuh rasa kawatir. Tetapi justru rasa itu membuatku terus berdo'a kepada Allah dan merasa lebih soleha dari biasanya. Dalam diam aku berfikir. Apakah ini maksud dan petanda semalem?? Setiap kali dateng ke tempat baru mesti excited, deg degan sampe gak bisa tidur. Tapi semalem itu rasanya beda pokoknya apaa banget gitu gak bisa diungkapin dah.

Perjalanan Samarinda - Bontang juga bagaikan kisah cinta, gak mulus dan berliku. HALAH! Banyak lubang, bukit, dan jalan sempit. Dalam perjalanan juga sesekali buka WhatsApp untuk membalas pesan dari Uswa. Di salah satu Chatnya dia menanyakan, "apakah aku tidak tidur?" Bagaimana aku bisa tidur dalam keadaan resah begini?? Wahai Uswatun Hasanah...!! Tetapi yang terketik hanya "Gimana aku bisa tidur? Jalannya keriting kayak Indomie".

Dalam bus di siang hari begitu pengap panas, bau mesin, keringat dari orang sekitar dan beberapa kali tercium aroma  kentut dari penumpang lain, sungguh benar benar sebuah keadaan yang sangat tidak mendukung untuk sekedar tersenyam. Ku hanya bisa bertanya dalam hati,  "Pantat siapa sih yang jahat??" untungnya hidungku kecil jadi baunya gak kesedot sendiri.  Kurang baik apa aku? Dalam keadaan seperti ini saja masih memikirkan orang lain.

Naluri kebaikanku juga diuji sama buibu yang duduk bersebelahan.  Mana tau beliau punya anak laki kan ya Alhamdulillah.  Eh,  apa sih..

Kemudian langit mendung bagaikan mengerti keadaan hatiku yang sedang resah ini. "Bumi,  kamu tidak perlu menangis melihat keadaanku seperti  ini, sungguh,  aku tak mengapa.  Percayalah.

Derai hujan basahi bumi.  Menutupi panasnya mentari. Berganti dengan hawa yang menyejukkan hati.  Namun suara petir datang menyambar, seakan tak ingin aku terlena dalam teduhnya suara hujan.

Ketika hujan mulai mereda, ada bau tak sedap. Entah apa?  Baunya seperti mesin atau kabel yang gosong.  Kemudian si supir berlahan menepi menghentikan kendaraannya. Mungkin ngecek ngecek apa gitu.  Semoga tidak terjadi apa apa,  pintaku pada Tuhan.

Sekitar 15 menit kemudian si sopir mengendarai kendaraannya lagi.  Kami melanjutkan perjalanan yang menegangkan ini.

"Rum,  sudah sampe bukit menangis?"

Tolong saja aku tidak tau,  mana bukit menangis??  Setiap naik bukit bus ini terus saja menangis. Semua bukit adalah bukit  menangis.

"Rum,  kalo sudah sampe simpang tiga ke arah Sangata dan ada tulisan selamat datang,  kasih tau ya"

Kemudian agar lebih jelas aku share lokasi.

Setelah turun dari bus, aku hanya ingin mengucapkan, "terimakasih, hanya dengan Rp 39 ribu (1000-nya gak dibalikin) sudah dapat naik bus wahana sholeha" dan tak lupa juga mengucapkan,  "selamat datang di Bontang!" Dariku dan juga untukku.

Aku menunggunya di Terminal.  Seorang perempuan yang tidak pernah ku temui dalam 7 tahun terakhir. Rasanya aku tak sabar. Bagaimana wajahnya? Apakah semulus di foto atau sama seperti waktu video call?? Ataukiah mungkin tingginya menyusut sehingga aku bisa terlihat lebih tinggi darinya?? keadaannya sekarang?

Aku melihat ada telfon masuk tak terjawab. Kemudian aku menelfonnya. Dan ternyataa.. Aku mampu mengenalinya dari jauh. Aku segera berlari menghampirinya. Biar kayak film India. Kemudian kami berpelukan, macam teletubies!

Setelah melakukan kehebohan Uswa mengajak aku makan yang ternyata penjualnya adalah temen sekampusnya. Kami ngobrol bahagia sambil makan Rawon. Aku hanya menambah sambal sedikit, mengingat hidungku yang mudah sekali menangis akibat pedas. Ditengah obrolan kami anaknya temennya Uswa (duh! Maapkeun lupa namanya) lagi bangun tidur. Anaknya lucu banget! Umurnya masih berkisar bulanan. Kulitnya putih bersih, hidungnya mungil, pipinya tembem. Ugh! Rasanya pengen kucubit cubit pipinya sampe meletus. EEH! Dulu waktu aku kecil kira kira gimana ya? Apakah semenggemaskan ini?! Namanya bayik ekspresi bingungpun juga tetep menggemaskan.

Pasti yang baca geli - geli jijik, empet, nyengir kuda bahkan kadang pengen muntah! Pengalaman, waktu baca di blog orang kalo dia nulis baik baikin dirinya sendiri perasaanku juga gitu. Khusus yang terakhir, gak sih. Eheheheee

Selesai makan kami handak membayar, namun kumaha atuh orangnya teh gak mau dibayar. Jadi GAK enak. Tapi dianya cuman minta traktir balik nanti sama Uswa. "Wa, ingat ya.. Traktir balik".

Dalam perjalanan lampu di jalan berkedip-kedip. Kata Uswa gak biasanya loh begini. Yah.. Aku bilang aja dong itu dalam rangka menyambut aku, gitu. Untuk lebih lengkapnya silahkan cek video.



Aku berusaha ingatin betul jalan jalannya menuju rumah Uswa. Jalannya cukup rumit diingat untuk orang yang baru datang pertama kalinya. Sesampainya dirumah aku segera meletakkan barang barangku di kamar. Padahalkan harusnya salaman dulu ya sama ortunya Uswa. Gak sopan ya? Lain kali aku bakalan salaman dulu deh. Ehehehee.. Oh.. Tapi kayaknya waktu itu Ibuk lagi sholat dan Ayah lagi di masjid deh.. Iya gitu. Aku selalu menganggap ortunya temen-temenku adalah ortuku juga. Karena memang pada dasarnya aku juga cendrung lebih cepet akrab sama orang tua daripada sama yang seumuran. Kok bisa gitu ya...

Sambil menunggu Ami (temen Uswa) kami berceritaan sambil berbaring. Aku mendengarkan Uswa bercerita sambil menatap lekat lekat wajahnya. "Kamu kenapa sih??" Katanya. "Aku mau puas puasin ngeliat kamu." Kemudian dia tertawa sambil menatapku antara geli dan hina. Sebenernya akupun geli sih. Tapi.. Gimana ya.. Yang dulunya sering seranjang bareng terus kami udah lama gak ketemu lagi, gitu. Karena sudah sekian lama cuman bisa video call. Makannya saat bertemu langsung  ceritanya bisa lebih panjang kali lebar kali tinggi kali luas sama dengan PUAS!

Alhamdulillah si Ami akhirnya datang juga. Ami Anggreini Restuningrum atau biasa juga dipanggil Arum kalo di rumah. Begitu Uswa mengenalkannya padaku. Uswa-pun sering memanggilnya Arum. Akibatnya sering ketuker. Siapa yang dia maksud? Arum Ami atau Arum aku?? Hmm... Uswa ini sepertinya sangat suka berteman dengan yang namanya Arum ya? Kalo ketemuannya double gini kan jadinya bingung. 

Setelah selesai proses Ta'aruf, Eh, perkenalan kami langsung aja jalan jalan ke sekitar PT. BADAK. Awalnya kami mau pake motor saja. Karena ada stikernya. Kalo tanpa stiker harus ninggalin KTP. Tetapi karena gerimis jadinya ekspetasi diluar rencana. Hedeh. Kalo grimis kan kami gak bisa bebas mengabadikan moment gitu.

Inget kejadian konyol waktu sama Uswa disuruh ngambilin KTP di dompet. Eh, malah mau ku kasih se dompet dompetnya sama si Security! HEDEH! YA AMPUN RUM! KALO KOPLAK DI BAGI BAGI DONG! JANGAN SERAKAH! Teriakku dalem hati.

Si Uswa bagaikan Tour Guide yang menjelaskan seluk beluk PT. BADAK dengan sangat baik. Bisa kali jadi duta wisata PT BADAK. Ketika malam PT. Badak bagaikan langit yang bertabur bintang. Lokasinya luas sekali. PT. Badak itu perusahaan yang keren banget. Bisa memenuhi semua kebutuhan karyawannya. Mulai dari pendidikan, perumahan, tempat ibadah, stadion, pujasera, koperasi yang lumayan lengkap untuk kebutuhan rumah tangga. Komplek perumahannya juga aman, strategis, pokoknya sangat memenuhi syarat sebagai tempat tinggal, seperti tulisanku yang ada disini.

Oh ya, kami juga melewati danau dan sungai yang berwarna sangat biru dan panas. PT Badak memanfaatkan air laut untuk mendinginkan pabrik. Kemudian air laut yang panas tadi dialirkan kembali ke laut. Sayangnya kesana saat malam jadi aku tidak bisa melihat kebiruan airnya. Semoga lain kali bisa kesini lagi ya.. Aamiin ya Robb.


Sebenernya tempatnya bagus, banget malah. Tapi karena aku tak begitu pandai mem foto dan ada juga males ngeditin video jadinya ini nyomot gambar yang lebih mendukung aja. Macam ini.


PT Badak

Kami mengelilingi PT. BADAK bahkan menyusuri jalanan yang sepi sekalipun tidak luput. Pada saat melewati jalan sepi Uswa cerita. Konon katanya, itu tempat yang horor. Apalagi kami melewatinya diiringi dengan rintikan hujan. Dramatisnya apa gak semakin terasa. Tetiba mobil berhenti sendiri, musik yang semenjak tadi mengalun tetiba juga mati. Ketika kami akan keluar dari mobil eeh malah terkunci. Bayangan- bayangan hitam datang berseliweran. Kami mendadak merinding berjamaah. Sebenernya apa yang sedang terjadi?? Kenapa jadi seperti ini?? 

KENAPA YA??

KENAPA??

TANYA KENAPAA............!!

Kenapa dengan khayalanku ini?? Eheheheee....

Rencananya kami ingin nongki-nongki di Cafe Rega. Kata Uswa Cafenya bagus ada kolam renangnya juga. Yah.. Meskipun kami kesana juga gak niat berenang sih. Yakali berenang malem malem diiringi hujan?! 

Kami bertiga berjalan beriringan bagaikan tangga. Ami, Uswa dan Arum. Uswa di tengah tengah duo Arum! Nyampe di depan pintu Cafe Uswa bilang, "Ini Cafe kalo masuk harus pake sidik jarinya" Mendadak bengong dong! Nunggu aja mereka masuk terus aku ikutan nyelip. Gak taunya si Uswa cuman bercanda. Hmmm... Aku mah gitu orangnya. Gampang percayaan sama orang. Tapi jangan terlalu bangga bisa bohongin aku. Kadang juga aku pura pura percaya aja. Biar gak debat. Lah, Curhat!

Sudah asyique milih milih menu dan pesen, gak taunya Cafenya mau ditutup. Alasanya sudah ada yang reservasi tempatnya. LAH! NGAPA GAK DITULIS AJA DI DEPAN BIAR KAMI GAK MASUK! Maaf caps lock. REMNYA LAGI BLONG. KZL! GUA! 

SABAR.. SABAR.. ORANG SABAR RIZKINYA LANCAR!

Foto sebelum angkat tangan, eh kaki

Malam semakin larut. Sebelum kembali kerumah kami mampir ke Pujasera. Saat keluar dari mobil pemandangan yang pertama terlihat bocah bocah tengil. Rambut di warna warnain. Merokok pula hedeuuhh....! Oke, kita tidak boleh menilai penampilan orang lain. Itu biarlah menjadi hak mereka. Selama mereka tidak mengganggu hak kita, tentunya. 


Malem Minggu gelap dan gerimis

Tadinya mau makan Gami, tapi tutup. Akhirnya kami masuk koprasi dan memilih minuman dan cemilan. Setelah itu, kami pulang. Di perjalanan, si Ami ingin membeli Capucino cincau tapi sayangnya udah tutup. Yah.. Apa boleh buat. Rizkinya emang minum minuman botolan sih.. Sabar ya Ami.. Orang sabar rizkinya lancar.

Uswa, Arum dan Ami
Sebenarnya aku sudah bilang,  "jangan pake biuti plus lah!  Ntar hidungku cuman keliatan bolongannya aja.  Tapi tampaknya mereka tidak  peduli dengan nasibku ini.  Yodalah. 

Kegiatan malam minggu para gadis

Sesampainya di rumah kami main UNO sambil ngemil sampe malem. Kalo kalah hukumannya mukanya di coreng pake bedak. Seperti biasa.. Yang kalahnya paling sering adalah aku. Selain tidak pandai memainkan UNO aku juga tidak pandai untuk mengocok kartunya. Tanganku yang mungil ini seringkali menyebabkan warna kartunya seirama. 

Jangan terlalu bangga bisa mengalahkan aku. Karena aku orangnya memang suka mengalah. Karena memang lebih baik mengalah sebelum benar benar menjadi kalah. Apaan dah!

Saat permainan di mulai Uswa mendapat telepon dari seseorang. Siapakah dia?? Manusia berlubang hidung dua yang ku kenal sejak SMA. Siapakah dia?? Rahasia. Tunggu saja tanggal mainnya. 

Sekian dulu cerita dariku. Tunggu di Episode selanjutnya yaa.... Bye.. Byee.....!!


5 comments:

Terimakasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar dengan kata-kata yang baik ^_^