Tuesday 19 August 2014

Dia Bahagia, Aku Dipenjara


Dia bahagia, aku dipenjara......!!        

Ku kira aku tak pernah mersakan jatuh cinta. Ya maklumlah aku terkenal sebagai lelaki yang sangat cuek pada diri sendiri maupun orang lain. Penampilanku pun terlihat seadanya atau bahkan jauh dari kata keren. Tapi jangan salah, prestasiku baik dan bahkan terkenal sangat baik. Itu sebabnya keluargaku bangga padaku. Tidak hanya itu para perempuanpun terpesona akan kecerdasan yang ku miliki meskipun aku hobby kentut sembarangan. Mereka tidak pernah membenciku. Atau mungkin mereka malah menyimpan kentutku dalam botol sebagai koleksi pribadi, entahlah.
Sore itu aku iseng tiba-tiba pengen beli gado-gado mpok Siti belakang komplek perumahan kami. Dalam perjalanan tak sengaja aku melihat sesosok manusia berlumpuran darah terkulai di atas rerumputan taman. Astagaaa……...!! dia seorang perempuan. Segera saja aku memberikan nafas buatan. Oh bukan. Aku menelfon ambulance dan membawanya kerumah sakit. Aku tak bisa membayangkan apapun selain gado-gado mpok Siti yang belum sempat kubeli.
Gadis berambut cepak pirang, berkulit kuning langsat dan bertubuh jangkung itu Jam (baca : Jem) namanya. Sebuah nama yang terkesan keras dan macho. Entah apa yang terjadi semakin hari aku semakin akrab dengannya. Bahkan aku rela bolos sekolah hanya untuk merawatnya di rumah sakit. Sungguh aneh!
Seminggu kemudian akhirnya Jam boleh pulang dari rumah sakit. Tapi Jam bersikeras tidak mau pulang kerumahnya. Setelah perdebatan sengit akhirnya aku tak mampu menolak Jam menginap di rumah. Lagipula keluargaku tak akan tau kalau sebenarnya dia seorang perempuan.
Ternyata Jam anak beroken home. Itulah mengapa dia tidak betah dirumah. Orang tuanya tidak pernah peduli dengannya. Mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan. Sungguh malang nasipnya.
Tanpa ku sadari ternyata aku menyukai Jam.  Ketika aku mengutarakan isi hatiku kepadanya, dia bilang “aku tidak ingin pacaran”. Saat itu aku percaya apapun kata-katanya. Hingga aku mengetahui dia sering menemui lelaki yang sama sekali tidak ku kenal sebelumnya.  Aku marah. Aku kecewa.
Setelah lulus SMA aku bertekat untuk pergi jauh. Jauh dari Jam. Agar aku bisa melupakannya. 3 bulan sudah aku jauh. Ternyata tak dapat sedikitpun melupakan tentangnya. Akhirnya kuputuskan mengirim pesan lewat facebook kepadanya. Semalaman disela-sela mengerjakan tugas yang kian menumpuk kusempatkan berfikir memberikan kata-kata terbaik untuknya.
Jam…
Tahukah kamu hal apa yang paling ku benci?!
Aku benci ketika aku mencintaimu..
Aku benci ketika aku memikirkanmu..
Kenapa??
Karena saat aku mencintaimu saat itu aku kehilangan cinta untuk diriku sendiri..
Ketika aku memikirkanmu..
Tanpa sadar aku tak peduli akan diriku sendiri..
Jam, Aku kira..
Dengan aku jauh darimu..
Aku akan dengan mudah bisa melupakanmu..
Ternyata..
Aku salah Jam...
Semakin aku jauh darimu..
Semakin aku Merindukanmu...
Ku kira…
Aku tanpamu,
Semua akan baik-baik saja..
Ternyata rasanya sesakit ini…
Jam…
Maukah kau menjadi kekasihku….?!

Waktu terus berlalu tapi Jam belum juga membalas pesanku. Padahal dia tahu facebook  adalah satu-satunya penghubung komunikasi bagi kita berdua. Seumur-umur aku tak pernah ditolak ataupun diacuhkan oleh perempuan. Dia membuatku semakin penasaran!
Akhirnya liburan telah tiba. Mau tak mau aku pulang ke rumah dan menyiapkan diri bertemu Jam. Aku berlatih untuk tidak lemah, agar tidak mempermalukan diriku sendiri dihadapannya.
Malam ini adalah malam minggu. Tiba-tiba aku ingin sekali pergi ke taman tempat aku menemukan Jam pertama kali. Dari kejauhan ku lihat nampak sepasang kekasih sedang duduk di kursi taman. Rasanya aku sangat tak asing dengan perempuan itu. Berlahan aku mendekati mereka. Benar saja ternyata perempuan itu Jam!
“Jam. Sapaku tak percaya.”
“Hay Tom. Oh ya ini pacarku namanya Joni.”
“Hay Jon, boleh kah aku meminjam pacarmu sebentar saja. Kami sudah lama tak jumpa. Kataku memberi alasan.
Setelah Joni memberiku izin. Kamipun menjauh dari taman. Aku segera menanyakan jawaban pesanku dari facebook untuknya.
“Bahagia bersamaku atau mati bersama cintaku.”
“Maaf Tom, aku tidak bisa menerimamu…
Ssrraak……!!
Sebelum dia menolakku, pisauku sudah lebih dulu merobek perutnya.
“Toom……..!! teriaknya. Kenapa kau tega lakukan ini padaku?! Isaknya sambal menahan sakit. Aku tidak bisa menerimamu karena aku sudah terlanjur menganggapmu sebagai kakakku Tom. Jelasnya sambal tersenggal-senggal.
Aku pergi menahan sakit dihati. Aku tak bisa  melihatnya bahagia bersama orang lain sungguh! Rasa dendam, benci, marah menggumpal menjadi satu akhirnya telah lenyap. Karena rasa itu kini sudah berubah menjadi sesal yang dalam dan tak bertepi. Entah mengapa aku bisa membunuh Jam dengan pisauku. Pisau yang seharusnya hanya kugunakan untuk melindungi diriku dan orang-orang lemah yang membutuhkan pertolongan dari manusia jahat.

"Tidak semua luka harus dibalas dengan kematian"

Jam meninggal saat diperjalanan menuju rumah sakit dan ternyata lelaki itu punya pacar lagi. Dia bahagia, aku dipenjara.

TAMAT

Sumber Gambar

No comments:

Post a Comment

Terimakasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar dengan kata-kata yang baik ^_^