Aku
adalah seorang perempuan yang telah menikah. Aku tinggal di rumah mertua yang
sangat besar dan indah. Aku sangat damai tinggal disana. Apalagi mertua sangat
menyayangiku. Meskipun aku dan suamiku tidak saling mencintai. Karena kami
menikah hanya atas dasar keinginan orang tua. Meskipun begitu, kami tetap
mempertahankan hubungan ini. Kami berdua`tak ingin mengecewakan orang tua.
Kamipun tidak pernah berkelahi ataupun berselisih paham, berbicarapun jarang
bahkan hampir tidak pernah.
Suatu hari, suamiku mengajak ke sebuah cafe. Tentu saja aku merasa heran, meski
begitu aku menyetujuinya. Sesampainya di sebuah cafe dia langsung memesan dua
gelas Chocolate Ice, Nasi Goreng Special dan Cheesecake
Mouse. Semuanya serba dua karena kami berdua. Emangnya cuman sarimi
aja yang bisa dua?? Eh.
Kami
saling diam. Beberapa kali dia sepertinya sedang mencuri pandang ke arahku.
Tapi aku tak berani balas menatapnya. Aku hanya berfikir "Apa ada yang
salah dengan penampilanku?" Ataukah "Mungkin aku terlihat
terlalu cantik hari ini."
Tampaknya dia sudah cukup bosan memandangiku yang terus diam tak berkutik.
Kemudian pelayan datang mengantarkan pesanan kami. Aku menyambutnya dengan
gembira. Tak sabar rasanya ingin segera menghabiskan semuanya. Agar lekas
pulang dan terbebas dari ketegangan ini. Entahlah aku menjadi agak resah.
Saat sedang lahapnya tiba-tiba dia mengatakan ingin
bercerai. Hatiku sangat sedih. Bukan untuk perceraian ini. Tapi, bagaimana
cara mengatakan tentang hal ini pada orang tuaku? Aku sungguh tak ingin
mengecewakan mereka. Namun, yang kulakukan hanya tersenyum dan menyetujuinya.
Tahukah
rasanya menyetujui hal yang tak ingin dilakukan?! Bagaimana rasanya?? Dunia
seakan berhenti berputar. Gunung-gunung memuntahkan laharnya. Langitpun seakan
runtuh.
Tapi untuk apa juga mempertahankan rumah tangga yang seperti ini? Menghabiskan
waktu tanpa berbicara. Saling diam dan tenggelam dalam kesunyian.
Aku jadi tak fokus makan nasi goreng dan tanpa sengaja mengunyah cabe. Bibirku
bergetar, air mata dan inguspun seakan berlomba meleleh. Tanpa sengaja aku
mendapatkan kesempatan yang baik untuk alasan menangis. Aku terus meneteskan
air mata hingga menghabiskan Nasi Goreng. Serta semakin kalap melahap Cheesecake
Mouse dan menguras Chocolate Ice.
Kemudian dia mengantarkan aku pulang ke rumah orang tuaku. Dalam perjalanan,
dia meminta maaf untuk keputusannya. Aku hanya meng"iyakannya" sambil
tersenyum tipis.
"Tidak masalah, ini semua belum terlambat. Lagipula kitakan belum saling
mengenal terlalu jauh."
"Dulu kamu tes berapa kali waktu masuk SMA dan di SMA mana?"
"Di SMAM 2 Al-Mujahidin gak ada tes." Seketika aku teringat kata
seorang guru disana "Kami tidak memilih murid tapi kami akan berusaha
menjadikannya sebagai orang pilihan di lingkungannya." Begitulah
kira-kira.
Aku ingin melempar pertanyaan serupa. Tapi niat itu hanya kupendam. Mobil
kembali tenggelam dalam sunyi. Hingga akhirnya dia menelpon seseorang dan kami
mampir di sebuah rumah.
Dia telah menyiapkan begitu banyak oleh-oleh untuk orang tuaku. Mungkin sebagai
permintaan maafnya. Kemudian kami kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan.
Sesampainya di kediaman ortuku. Aku hanya diam membayangkan situasi seperti apa
yang akan terjadi. Aku menunggu dia menyampaikan niatnya itu pada orang tuaku
tapi dia malah keburu masuk kamar mandi. Alasannya sih mandi tapi lama sekali
seperti semedi.
Entah mengapa aku jadi tak tertarik mendengar apa yang akan dibicarakannya pada
orang tuaku. Aku terlalu takut melihat kekecewaan mereka. Lebih baik aku pergi
saja. Meski tak tau harus ke mana??Aku berlari sekencangnya. Berharap dia akan
mengejarku. Ya enggak lah! Mana mungkin! Tetapi saat aku menoleh ke belakang
dia sudah tidak terlihat. Tentu saja! Kemudian aku melangkahkan kakiku dengan
gontai, kecewa. Tanpa ku duga dia mendekapku dari belakang. Bukan mendekap sih,
mungkin hanya mengejutkanku saja. Harus kuakui dia berhasil mengejutkanku.
Karena memang aku sungguh terkejut! Sebelumnya dia belum pernah seperti ini.
Kemudian kami berlari bersama. Karena tiba-tiba ada anjing tetangga yang
menggonggong dan tampak menakutkan sekali.
Akhirnya kami memutuskan kembali pulang. Sesampainya di taman halaman rumah dia
mengatakan, "Pemilik taman ini sangat pemalas, maukah kamu
merawatnya?". Aku hanya tersenyum dan mengangguk.
Cerita ini terinspirasi dari mimpiku. Sebelumnya, aku sangat menyukai tidur. Hanya dalam mimpi aku bisa melakukan apapun
dan kemanapun. Tapi entah mulai kapan aku sering mendapat mimpi buruk, tidak
masalah. Bagi pemimpi sepertiku, seperti apapun mimpi itu tak penting. Aku
lebih takut tidak bermimpi karena saat itu juga aku akan kehilangan inspirasi. My dream is my inspiration.
Itu laper neng ? Nangis kok g lupa sama makan y?
ReplyDeleteOh kirain ini pengalaman
Gegara kepedesan jadi lahap. Bukan, aku belum nikah.
Deletenyantey aja, jangan buru-buru pengen nikah deh
DeleteGak, Mang.. masih pengen memperbaiki karir dulu :)
Deletejangan kelamaan juga sih.....pamali
Deleteiya :)
Deleteih aku kira ini bener2 realita :D
ReplyDeleteHmm.. mbukaan!
DeleteJadi cerpen ini terinspirasi dari sebuah mimpi. Keren... Aku biasanya sering dapet mimpi gitu tapi pas bangun udah lupa hehe
ReplyDeleteKalo aku sering mengingat mimpi mimpiku bahkan selama beberapa tahun. Tapi gak inget secara lengkap sih..
Deletehemm, kirain kisah mbak arum ma suaminya hehehehe
ReplyDeleteOMEGOD
Deleteceelah sang pemimpi ..:D
ReplyDeletebaca dengan perlahan tenggelam dalam kesunyian jadi seolah ini adalah kisah pribadinya admin deh, tapi masa iya begituh sih?
ReplyDeleteterinspirasi dari mimpi
DeleteWahaha. Ketipu gue. Gue kira lu beneran nikah terus beneran cerai, Rum. Udah kaget gitu. Ternyata mimpi, ya. :))
ReplyDeleteIya, mimpi adalah inspirasi. Setuju!
Tenang, kamu gak sendirian. Hampir semua ketipu. :p
Delete:))
padahal kalau beneran begitu...bisa jadi peluang buat mang Yoga Akbar S ....
Deletepedekate-in ya
Ya Allah.. komentar apa ini?! Si Yoga punya pacar Mang..
DeleteHmmmmm gak kebayang gimana gerogi'a pas malam petama, cma makan berdua di cafe aja canggung banget hahaha :D
ReplyDeletePastinya lebih canggung :D
Delete